Rabu, 08 Oktober 2014

KOPERASI TERKINI

Masa ekonomi kreatif. Mary Elka Pangestu, pada program seratus hari pertamanya sebagai Menteri Perdagangan RI di Kabinet Indonesia Bersatu selalu mendengungkan ekonomi kretif. Ekonomi kreatif adalah perpaduan ekonomi manusia pada zaman informasi yang diapik budaya manusia Indonesia. Ekonomi ini mengacu pada kearifan lokal bangsa Indonesia. Namun tetap menunjukkan sebagai bangsa yang berkembang dalam berbagai bidang. Di sini inovasi dan kretivitas anak bangsa menjadi spirit terdepan.
Koperasi tidak terlepas dari budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia. Undang – Undang Perkoperasian No. 25 Tahun 1992 mendefenisikan koperasi sebagai badan yang berdiri atas anggota – anggota dengan asas gotong –royong dan kerja sama. Maksudnya, keberpihakan terhadap koperasi sebagai budaya dan kearifan lokal telah secara resmi diakui negara. Dalam jararan kabinet Indonesia Bersatu pimpinan SBY juga menaruh porsi khusus dalam menangani koperasi dan UKM.
Sampai pada titik ini, koperasi sebagai ekonomi kerakyatan yang dulu sempat didengungkan oleh Bung Hatta, tokoh proklamator RI. Namun nilai luhur dan koperasi sebagai usaha rakyat itu hilang bagai ditelan bumi. Tanpa ada gaung. Baru pada tahun 1996, Mohamad Yunus, peraih Nobel Perdamaian 1996 dari Banglades berhasil mengangkat kembali ekonomi kerakyatan. Dan koperasi yang termasuk di dalamnya sungguh mendapat angin segar dalam perkembangannya kini.
Kini roh gotong royong dan kesetiakawanan akan kembali berdenyut dan bergairah dalam insan muda. Semangat koperasi dan ekonomi kerakyatan yang kreatif dan inovatif hendaknya menjadi spirit bersama untuk membangun ekonomi rakyat yang kuat. Dan koperasi sebenarnya telah menjawab tantangan ini. Hanya saja keberadaannya masih dipandang ‘sepele’ oleh masyarakat kita. Koperasi telah menjadi pemberi kredit terbaik dalam UKM dalam bidang pertanian, peternakan dan nelayan. Selain bunga pinjaman rendah dan minim resiko kredit macet. Sebab para anggota menyadari bahwa modal koperasi adalah milik bersama semua anggota. Bukan modal orang – perorangan atau investor.
Akhirnya, ekonomi berbasis teknologi modern seperti yang ditawarkan Barat justru menjerumuskan. Kehadiran alat pertanian dan perkebunan justru tidak memanusiakan. Justru merusak manusia dan lingkungannya. Dunia informasi cyber yang ditawarkan pun syarat dengan penipuan dan manipulatif. Dengan demikian alur pengembaraan ekonomi manusia sebenarnya telah kembali pada titik awal mulanya. Kita kembali pada pijakan ekonomi yang mengedepankan manusia, mengutamakan budaya masyarakat, dikembangkan secara lokal dan swadaya, serta ramah terhadap tanah dan lingkungan. Ekonomi yang membangun peradaban yang bermartabat. Koperasi adalah jawaban ekonomi yang dimaksud untuk Indonesia yang lebih baik.