Wisuda S1 Institut Koperasi Indonesia

Ngafatun Nur Fauziah, Nur Imroatus Shalikhah.SE, Bayu Candra Irawan.SE

Penggerak Koperasi

Serba serbi Koperasi segala sesuatu seputar Pegelolaan Koperasi

Manajemen Perusahaan Koperasi

Menyajikan Ilmu dan Seni Dalam menjalankan fungsi Perusahaan

Profil Koperasi

Contoh Koperasi yang baik dan sukses

Wirausaha

Inspirasi dan Motivasi dunia Wirausaha

Senin, 27 Oktober 2014

Strategi Dalam Menentukan Harga Produk

Terdapat berbagai cara dalam menentukan harga. Masing-masing cara tersebut digunakan di situasi yang berbeda. Pasalnya, harga merupakan faktor yang menentukan dalam menentukan sukses bisnis Anda. Berikut bebarapa strategi dalam menentukan harga produk;
Product prices
Penentuan harga yang optimal tidak hanya tergantung pada ongkos produksi yang Anda keluarkan dalam memproduksi barang dan jasa. Faktor-faktor seperti kompetitor, suplier, dan ketersediaan barang pengganti turut andil dalam menentukan harga. Berikut akan kami sampaikan berbagai strategi harga yang digunakan di situasi yang berbeda.
Biaya tambah mark up
Dengan strategi ini, Anda menentukan profit yang diinginkan sebelum menentapkan harga. Metode ini membantu Anda fokus pada profit, tapi dapat juga menyebabkan harga diluar harapan konsumen dan harga dari perusahaan saingan.
Harga bersaing
Dalam menetapkan harga yang bersaing di pasar, Anda harus melihat harga yang ditawarkan kompetitor dan menggunakannya sebagai patokan untuk menetapkan harga produk Anda. Strategi Anda akan menentukan apakah harga Anda setara, sedikit di bawah, atau sedikit di atas pesaing.
Price skimming
Metode ini dapat Anda gunakan jika mempunyai produk yang unik dan tidak memiliki barang penganti.  Harga yang ditentukan tinggi, sehingga memberikan margin yang tinggi bagi penjual. Pembelinya adalah mereka yang mau membayar karena keunikan produk tersebut. Dalam hal produk kebutuhan pokok, konsumen tidak memiliki pilihan lain. Seringkali, price skimming adalah strategi jangka pendek saat pesaing juga memasarkan produk yang sama, harga diturunkan.
Penetration pricing

Metode ini merupakan lawan dari price skimming. Harga ditentukan di bawah biaya dengan tujuan mendapatkan market share yang besar. Karena penetrasion price tidak mencakup biaya, ini juga strategi sementara. Karena strategi ini menguntungkan, konsumen harus bersedia membayar harga normal, harga yang lebih tinggi.

Koperasi Produsen Susu Terbesar Di Dunia

Campina merupakan merek makanan berbasis susu yang masyur di dunia, adalah koperasi susu yang menghimpun peternak dari Belanda, Belgia dan Jerman. Setelah sukses menyatukan koperasi di tiga negara, Campina siap melakukan merger dengan koperasi raksasa lainnya, Friesland.
Anda mungkin bukan penggemar es krim. Tapi, ketika mendengar nama Campina, kemungkinan besar Anda tahu bahwa itu merek es krim. Ya, di Indonesia, Campina memang telah menjadi salah satu merek es krim paling terkenal. Tapi, tahukah Anda, Campina adalah sebuah koperasi peternak sapi susu?
Dengan volume produksi yang menghabiskan 4,8 miliar kg susu per tahun (2007), Campina tentu saja merupakan industri skala raksasa. Jangkauan pemasarannya saja, menembus lebih dari 20 negara, termasuk Indonesia. Di Eopa, Campina dikenal sebagai produsen jenis makanan berbasis susu lainnya, seperti susu segar, yoghurt, keju, mentega, daging tiruan (terbuat dari susu), serta bumbu.
Es krim Campina sendiri sangat khas, karena sebetulnya bukan es tapi susu, sehingga menyehatkan. Di Indonesia, Campina sudah mulai memperkenalkan es krimnya sebagai susu, seperti yang tampak pada iklannya di televisi. Sebagai industri, Campina memang hanya konsen menyediakan produk makanan sehat untuk konsumennya. Awalnya, Campina adalah sebuah koperasi kecil, yang dibentuk oleh para peternak di daerah Tungelroy, Belanda, pada 1892. Ketika itu, fungsi koperasi hanya sebatas untuk menekan risiko dan menghemat biaya produksi susu setiap anggotanya. Antara lain, dengan melakukan pembelian pakan secara bersama, dan penggunaan alat pengolah susu (cooling unit) secara bersama.
Di beberapa daerah lain, juga berdiri koperasi-koperasi petani susu. Semuanya bergerak dalam skala yang sangat terbatas. Pada 1947, terjadi langkah besar. Koperasi-koperasi peternak itu, melakukan merger. Tujuannya, agar bisa melakukan kegiatan lebih luas, terutama memproduksi susu menjadi produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Dengan jumlah anggota yang lebih banyak, koperasi hasil merger yang diberi nama DMV Campina tersebut dapat mendirikan sebuah pabrik, lengkap dengan peralatan modern. Pada saat itu juga, koperasi menggunakan merek Campina untuk setiap produk yang dihasilkannya. Perkembangan DMV Campina, ternyata menarik perhatian para peternak yang ada di negeri tetangga, Belgia, yang juga tergabung dalam koperasi Der Verboerdering. Mulai 1980, kedua koperasi itu pun bekerja sama dalam penjualan keju, mentega dan susu bubuk Inilah langkah awal koperasi DMV Campina melakukan penjualan di luar Belanda. Karena perkembangannya bagus, lantas pada 1989 kedua koperasi peternak itu meningkatkan hubungannya lebih jauh lagi, yaitu bekerja sama membentuk Campina Melkunie. Pada 1997, koperasi peternak di Jerman, Milchwerke Koln/Wuppertal (MKW) yang sudah terkenal mengibarkan merek Tuffi, ikut bergabung. Pada 2003, ketiga koperasi tersebut melakukan merger (penggabungan) sepenuhnya. Nama Campina bukan hanya digunakan untuk merek produk, tetapi juga menjadi nama koperasi dan perusahaan. Ketika itu, produk Campina sudah melenggang di pasar lebih dari 20 negara.
Kini, Campina berkibar sebagai panji kejayaan para peternak anggota koperasi di Belanda, Belgia dan Jerman. Dari kebutuhan susu segar sebanyak 4,8 miliar kg (2007), 3,4 juta miliar kg di antaranya dipasok oleh anggota koperasi. Jumlah anggota Koperasi Campina, mencapai 7.768 orang. Dengan prinsip working together, antara koperasi dengan anggota terjalin kerja sama produktif untuk terus meningkatkan pangsa pasar. Setiap anggota, berkewajiban menjaga agar sapinya menghasilkan susu kualitas terbaik, sedangkan koperasi berusaha mengembangkan pemasaran agar bisa memberikan harga pembelian susu yang juga terbaik untuk anggotanya. Peternakan sapi, umumnya menjadi usaha turun temurun dalam keluarga anggota. Karena itu, mereka bukan hanya konsen pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga pada keuntungan jangka panjang, terutama dengan menyepakati langkah koperasi untuk melakukan terus investasi dalam rangka pengembangan dan kesinambungan bisnis.
Kendati sudah menjadi perusahaan skala internasional, Koperasi Campina tetap menjaga agar anggota terlibat sangat dekat dengan pengelolaan perusahaan, antara lain melalui kepengurusan koperasi dan komite khusus anggota yang dipilih setiap tiga tahun. Dua kali dalam setahun pengurus dan eksekutif koperasi melakukan pertemuan, untuk membahas perkembangan terakhir dari bisnis dan masalah atau aspirasi anggota. Agar hubungan dengan anggota bisa dilakukan secara intensif, koperasi mengelompokkannya berdasarkan distrik. Dalam kelompok distrik inilah, anggota lebih banyak melakukan pertemuan, yang hasilnya menjadi masukan untuk menetapkan kebijakan koperasi. Sebaliknya, melalui kelompok ini pula koperasi bisa lebih efektif melakukan pembinaan, khususnya menyangkut jaminan kualitas susu dari anggota.
Sebagai peternak, setiap anggota koperasi adalah seorang pengusaha atau produsen susu yang independen. Anggota yang memiliki lahan peternakan besar, bahkan ada yang mengembangkan wisata agro. Namun begitu, mereka merasa penting untuk tetap bergabung dalam Koperasi Campina, karena kebutuhan untuk memperoleh nilai tambah setinggi-tingginya dari setiap susu yang dihasilkannya. Terlebih, koperasi juga memberikan layanan lain yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan produksi susu sekaligus menjaga kualitasnya.
Sebagai anggota koperasi, misalnya, peternak tidak perlu pusing dengan regenerasi sapinya, karena koperasi memiliki peternakan anak sapi perah yang kualitasnya dijamin. Soal pasokan pakan juga, koperasi memberikan jaminan ketersediaannya dan anggota bisa memperoleh dengan harga relatif lebih murah dibanding di pasar umum.

Kesinambungan bisnis Campina, bukan hanya ditopang oleh perolehan laba, tetapi juga oleh keterlibatan anggota dan kepedulian pada lingkungan. Hal yang disebut terakhir, secara konsisten diterapkan mulai dari pemeliharaan sapi oleh anggota, sampai proses produksi oleh perusahaan. Dengan logo hijau, Campina menjamin setiap produknya benar-benar alami, bernilai tinggi dan menyehatkan setiap orang. Dalam satu tahun, total penjualan seluruh produk Campina mencapai 4 miliar Euro. Di samping produk makanan berbasis susu, Campina juga melakukan diversifikasi bisnis dengan merambah sektor farmasi. Sekarang ini, Koperasi Campina sedang bersiap melakukan satu langkah besar lagi, yaitu merger dengan koperasi sejenis dari Belanda, yang juga telah mencapai skala raksasa: Friesland (di Indonesia dikenal sebagai produsen Susu Bendera). Penjajakan ke arah itu, sudah dilakukan secara intensif. Tujuannya, di samping memperbesar skala usaha, juga untuk efisiensi dan upaya memberikan pelayanan lebih baik pada konsumen, yang targetnya makin diperluas. Jika langkah ini benar-benar terwujud, bisa dipastikan, tidak ada industri swasta yang mampu menandingi kebesaran koperasi di sektor persusuan Eropa bahkan dunia.

Manajemen Rantai Pasok

Kalau kita pilah-pilah frasa tersebut per kata, maka kita akan memperoleh dua kata yaitu rantai dan pasokan. Rantai menggambarkan aktivitas yang tidak terputus antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya dalam suatu sistem dan pasokan menggambarkan adanya aliran barang/material dalam rantai itu. Pertanyaan selanjutnya, apa saja yang dipasok..? Nah, untuk mempelajari lebih lanjut marilah kita pahami pengertiannya lebih jauh.
Coba Anda bayangkan , aktivitas apa saja yang terjadi dalam suatu pabrik….? Anda akan memabyangkan penggunaan mesin-mesin dan peralatan yang bersuara gaduh, kemudian ada suatu produk yang berjalan diantara mesin-mesin itu, kemudian produk tersebut dikemas dan disimpan. Tapi, sebenarnya hal itu merupakan bagian dari suatu rangkaian aktivitas secara menyeluruh.
 Darimana bahan baku diperoleh?...
 Bagaimana memperolehnya?...
 Bagaimana mengolahnya?...
 Bagaimana mendistribusikannya?...
Nah,gambaran sederhana proses konversi dalam industri manufaktur adalah suatu pabrik memperoleh bahan baku, bahan pembantu, dan peralatan dari para pemasoknya. Kemudian bahan-bahan tersebut diolah dalam pabrik melalui berbagai macam proses produksi agar menjadi suatu barang, baik barang jadi maupun barang setengah jadi, yang dapat dijual kepada pembeli selanjutnya.
Dari pengertian tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa manajemen rantai pasokan merupakan rangkaian aktivitas yang bertanggung jawab untuk menjamin ketersediaan pasokan mulai dari bahan-bahan masuk produksi sampai menjadi barang jadi dan akhirnya dikirim kepada pelanggan.
Manajemen rantai pasokan menjadi sangat penting ketika keberlangsungan proses produksi dan operasi harus terjaga terus menerus sepanjang waktu pengerjaan. Bayangkan bagaimana jika di tengah-tengah produksi harus terhenti karena kehabisan bahan baku..? berapa banyak waktu yang terbuang atau berapa banyak kerugian yang ditimbulkan karena produksi macet. Disinilah pentingnya manajemen rantai pasok untuk menjaga semua aktivitas dalam sistem tetap berjalan seperti yang diharapkan.
PERSEDIAAN DALAM RANTAI PASOKAN
Saudara mahasiswa, kunci keberhasilan dalam rantai pasokan adalah tersedianya bahan dan berjalannya aliran bahan. Dalam manajemen rantai pasokan, terdapat persediaan yang perlu dikelola dengan baik, yaitu:
1.     Bahan baku (raw materials): mata rantai bahan baku adalah ada di pabrik pembuat bahan baku ini, dan mata rantai terakhir ada di pabrik pembuat produk akhir (bukan di konsumen akhir). Bahan baku ini di pabrik pembuat produk akhir digabung dengan bahan penolong, dan dengan teknologi tertentu diolah menjadi bahan setengah jadi dan bahan jadi.
2.   Barang setengah jadi (work in process product): mata rantai barang setengah jadi bermula di pabrik pembuat bahan jadi. Bahan setengah jadi adalah hasil dari proses bahan baku. Bahan setengah jadi dapat langsung diproses di pabrik yang sama menjadi bahan jadi, tetapi dapat juga dijual  kepada konsumen sebagai komoditas. Jadi, akhir dari mata rantai akan sangat tergantung dari hal di atas, bisa pendek dan bisa panjang. Akhir mata rantai ada di konsumen akhir pengguna atau pembeli hasil produksi tersebut. Persediaan jenis ini adalah persediaan yag digunakan untuk menunjang pabrik pembuat barang jadi tersebut, yaitu untuk pemeliharaan, perbaikan, dan operasi peralatan pabriknya. Mata rantainya bermula dari pabrik pembuat material MRO tadi dan berakhir di perusahaan pembuat barang jadi tersebut, sebagai the final user (manufacturer).
3. Barang komoditas (commodity): persediaan jenis ini adalah barang yang dibeli oleh perusahaan tertentu sudah dalam bentuk barang jadi dan diperdagangkan, dalam arti dijual kembali kepada konsumen. Di perusahaan tersebut, barang ini dapat diproses lagi, misalnya diganti bungkusnya atau diperkecil kemasannya, tetapi dapat juga dijual lagi langsung dalam bentuk asli seperti saat dibeli. Mata rantai persediaan jenis ini bermula dari pabrik pembuat komoditas tersebut dan berakhir pada konsumen akhir pengguna barang tersebut. Barang komoditas kadang-kadang juga disebut resales commodities, karena memang barang tersebut dibeli untuk dijual lagi dengan keuntungan tertentu.
4.  Barang  proyek: Persediaan jenis ini adalah material dan suku cadang yang digunakan untuk membangun proyek tertentu, misalnya membuat pabrik baru. Mata rantai panjangnya hampir sama dengan MRO materials, jadi bermula dari pabrik pembuat barang-barang tersebut dan berakhir di perusahaan pembuat barang jadi yang dimaksud.

PROSES BISNIS RANTAI PASOKAN
Pada manajemen rantai pasokan, aktivitas-aktivitas dibagi-bagi menjadi beberapa proses bisnis, antara lain:
1.     Customer Relationship Management (CRM): langkah pertama manajemen ratai pasok  adalah mengidentifikasi pelanggan utama atau pelanggan yang kritis bagi perusahaan. Aktivitas ini melibatkan tim pelayanan pelanggan (customer service) yang membuat dan melaksanakan program-program bersama, persetujuan produk dan jasa, serta menetapkan  tingkat kinerja tertentu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
2.   Customer Service Management (CSM): CSM merupakan sumber tunggal informasi pelanggan yang mengurus persetujuan produk dan jasa. Customer Servicememberitahukan pelanggan informasi mengenai tanggal pengiriman dan ketersediaan produk melalui hubungannya dengan bagian produksi dan distribusi. Pelayanan setelah penjualan juga perlu, intinya harus secara efisien membantu pelanggan mengenai aplikasi dan rekomendasi produk.
3. Demand Management: proses ini harus menyeimbangkan kebutuhan pelanggan dengan kemampuan pasokan perusahaan, menentukan apa yang akan dibeli pelanggan dan kapan. Sistem manajemen permintaan yang baik menggunakan data point-of-saledan data pelanggan “inti” untuk mengurangi ketidakpastian dan aliran yang efisien melalui rantai pasok.
4.    Customer Demand Fulfillment: proses penyelesaian pesanan ini secara efektif memerlukan integrasi rencana kerja antara produk, distribusi dan transportasi. Hubungan dengan rekan kerja yakni anggota primer rantai pasok dan anggota sekunder diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengurangi total biaya kirim ke pelanggan.
5. Manufacturing Flow Management: biasanya perusahaan memproduksi barang lalu dibawa ke bagian distribusi berdasarkan ramalan historik. Produk dihasilkan untuk memenuhi jadwal produksi. Seringkali produk yang salah mengakibatkan persediaan yang tidak perlu, meningkatkan biaya penanganan/penyimpanan dan pengiriman produk terhambat. Dengan manajemen rantai pasok, produk dihasilkan berdasarkan kebutuhan pelanggan. Jadi barang produksi harus fleksibel dengan perubahan pasar. Untuk itu diperlukan kemampuan berubah secara cepat untuk menyesuaikan dengan variasi kebutuhan massal. Untuk mencapai proses produksi tepat waktu dengan ukuran lot minimum, manajer harus berfokus pada biaya-biaya setup/perubahan yang rendah termasuk merekayasa ulang proses, perubahan dalam desain produk dan perhatian pada rangkian produk.
6. Procurement: membina hubungan jangka panjang dengan sekelompok pemasok dalam arti hubungan win-win relationship akan mengubah sistem beli tradisional. Hubungan ini adalah melibatkan pemasok sejak tahap desain produk, sehingga dapat mengurangi siklus pengembangan produk serta meningkatkan koordinasi antaraengineering, purchasing dan supplier pada tahap akhir desain.
7.    Pengembangan Produk dan Komersialisasi: untuk mengurangi waktu masuknya produk ke pangsa pasar, pelanggan dan pemasok seharusnya dimasukkan ke dalam proses pengembangan produk. Bila siklus produk termasuk singkat maka produk yang tepat harus dikembangkan dan dilauching pada waktu singkat dan tepat agar perusahaan kuat bersaing.
8. Retur: proses manajemen retur yang efektif memungkinkan kita mengidentifikasi produktivitas kesempatan memperbaiki dan menerobos proyek-proyek agar dapat bersaing. Retur di Xerox berupa peralatan, komponen, supplier dan competitive trade-ins. Ketersediaan retur (return to available) adalah pengukuran waktu siklus yang di perlukan untuk mencapai pengembalian asset (return on asset) pada status yang digunakan. Pengukuran ini penting bagi pelanggan yang memerlukan produk pengganti dalam waktu singkat bila terjadi produk gagal. Selain itu, perlengkapan yang digunakan untuk scrap dan waste dari bagian produksi diukur pada waktu organisasi menerima uang cash.